Kisah Abu Ubaidah bin Al-Jarrah (Bag. 2): Orang Kepercayaan (Amin) Umat Ini
Abu Ubaidah bin Al-Jarrah radiyallahu ’anhu merupakan salah satu sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang paling mulia. Beliau merupakan satu di antara orang-orang yang pertama kali masuk Islam. Beliau juga merupakan salah satu dari sepuluh orang yang sudah dijamin masuk surga. Dari beliau juga, telah kita pelajari sikap wala‘ dan bara’ ketika beliau harus berhadapan dengan ayahnya di perang Badar. Dari beliau juga, kita bisa pelajari sikap lemah lembut terhadap Rasulullah ketika ia mencabut cincin besi dari pipi Rasulullah hingga tanggallah kedua gigi Abu Ubaidah bin Al-Jarrah di perang Uhud.
Abu Ubaidah bin Al-Jarrah juga merupakan salah seorang sahabat yang paling amanah di antara sahabat-sahabat lainnya. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لِكُلِّ أُمَّةٍ أَمِينٌ وَأَمِينُ هَذِهِ الْأُمَّةِ أَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاح
“Sesungguhnya setiap umat memiliki seorang ‘amin’ (orang yang amanah/terpercaya) dan amin umat ini adalah Abu Ubaidah bin Jarrah.” (HR. Bukhari)
Kisah Rasulullah dengan kaum Nasrani Najran
Abu Ubaidah bin Al-Jarrah merupakan sahabat yang dipercayai oleh Rasulullah hingga disebut oleh beliau shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai orang kepercayaan umat ini. Hal tersebut terjadi ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam didatangi oleh kaum Nasrani Najran dan mereka pun bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tentang Nabi Isa ‘alaihi salam. Ketika itu, turunlah firman Allah Ta’ala,
اِنَّ مَثَلَ عِيْسٰى عِنْدَ اللّٰهِ كَمَثَلِ اٰدَمَۗ خَلَقَهٗ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ
“Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa bagi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Dia menciptakannya dari tanah kemudian berfirman kepadanya, ‘Jadilah!’ Maka, jadilah sesuatu itu.” (QS. Ali Imran : 59)
Setelah menerima kebenaran dari firman Allah tersebut, kaum Nasrani tersebut tidak mau menerima kebenaran dan menolak apa yang telah disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Lalu, mereka pun hendak melakukan mubahalah (saling bersumpah) dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari,
فَقَالَ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ لَا تَفْعَلْ فَوَاللَّهِ لَئِنْ كَانَ نَبِيًّا فَلَاعَنَّا لَا نُفْلِحُ نَحْنُ وَلَا عَقِبُنَا مِنْ بَعْدِنَا قَالَا إِنَّا نُعْطِيكَ مَا سَأَلْتَنَا وَابْعَثْ مَعَنَا رَجُلًا أَمِينًا وَلَا تَبْعَثْ مَعَنَا إِلَّا أَمِينًا فَقَالَ لَأَبْعَثَنَّ مَعَكُمْ رَجُلًا أَمِينًا حَقَّ أَمِينٍ فَاسْتَشْرَفَ لَهُ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ قُمْ يَا أَبَا عُبَيْدَةَ بْنَ الْجَرَّاحِ فَلَمَّا قَامَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذَا أَمِينُ هَذِهِ الْأُمَّة
“Maka, salah seorang dari mereka berdua berkata kepada temannya, ‘Jangan kamu lakukan! Demi Allah, Seandainya dia benar seorang Nabi, maka dia yang akan melaknat kita, hingga kita tidak akan pernah beruntung dan tidak punya keturunan lagi setelah kita.’ Kemudian keduanya berkata, ‘Wahai Rasulullah! Kami akan memberikan apa yang engkau minta kepada kami. Oleh karena itu, utuslah orang kepercayaan engkau kepada kami. Dan jangan sekali-kali engkau mengutusnya, kecuali memang orang itu sangat terpercaya.’ Maka, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Aku akan mengutus orang kepercayaan yang sebenar-benarnya.’ Maka, para sahabat merasa penasaran dan akhirnya menunggu-nunggu orang yang dimaksud oleh Rasulullah itu. Lalu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Berdirilah, wahai Abu Ubaidah bin Jarrah!’ Setelah Abu Ubaidah bin Jarrah berdiri, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Dialah orang kepercayaan umat ini.’ ” (HR. Bukhari)
Ketika itu, Rasulullah menunjuk Abu Ubaidah bin Al-Jarrah untuk diutus kepada kaum Nasrani Najran yang menuntut untuk diutus kepada mereka seorang yang sangat amanah untuk mengurus perkara mereka. Bahkan, Rasulullah pun menyatakan bahwa Abu Ubaidah bin Al-Jarrah merupakan orang kepercayaan umat ini.
Abu Ubaidah menjadi pemimpin pasukan kaum muslimin
Abu Ubaidah bin Al-Jarrah juga diberikan amanah yang sangat besar oleh Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu di masa kekhalifahan Umar. Umar menunjuk Abu Ubaidah bin Al-Jarrah untuk menggantikan Khalid bin Walid untuk menjadi pemimpin pasukan kaum muslimin. Sebuah amanah yang sangat besar bagi Abu Ubaidah bin Al-Jarrah.
Akan tetapi, walaupun beliau menjadi komandan pasukan kaum muslimin, kedudukan dunia tidaklah mengubah dirinya. Ketika Abu Ubaidah ditunjuk sebagai pemimpin pasukan oleh Umar, ketika itu sedang berlangsung pengepungan kota Damaskus. Tidak seperti orang-orang pada umumnya yang mungkin langsung merebut kepemimpinan lalu mengklaim prestasi penaklukan Damaskus adalah prestasinya. Abu Ubaidah bin Al-Jarrah menunggu untuk tidak memberitahukan Khalid bin Walid atas pengangkatan Abu Ubaidah menjadi pemimpin hingga selesai penaklukan Damaskus. Abu Ubaidah lebih mementingkan kondusif dan lancarnya penaklukan Damaskus dibandingkan kepentingan pribadinya.
Ketika perang Yarmuk, beliau juga menyerahkan kepemimpinan kepada Khalid bin Walid. Hal itu dikarenakan beliau menimbang maslahat yang lebih besar ketika itu. Tentunya bukan dikarenakan inkompetennya Abu Ubaidah bin Al Jarrah, tapi murni timbangan maslahat. Abu Ubaidah bin Al-Jarrah juga mencetak berbagai pencapaian yang luar biasa. Salah satunya adalah penaklukan Yerusalem.
Sebelum berperang, beliau selalu mendakwahkan Islam kepada pemimpin musuh. Hal tersebut beliau lakukan agar pemimpin tersebut masuk Islam dan membuat bawahannya pun mengikuti.
Abu Ubaidah bin Al-Jarrah radhiyallahu ‘anhu, walaupun beliau merupakan seorang pemimpin pasukan seluruh kaum muslimin, kedudukannya yang tinggi tidaklah membuat beliau berubah dan menjadi cinta dunia. Ketika dunia datang kepada beliau, hal tersebut tidak akan mengubahnya. Syekh Mahmud Al-Mishri mengutip dari Tabaqat Ibnu Sa’ad,
يرسل إليه عمر بن الخطاب بأربعة آلاف درهم وأربعمائة دينار، وقال لرسوله: انظر ما يصنع, فقسمها أبو عبيدة، فلما أخبر عمر رسوله بما صنع أبو عبيدة بالمال، قال: الحمد لله الذى جعل في الإسلام من يصنع هذا
“Umar bin Al-Khattab mengirimkan padanya (Abu Ubaidah) 4000 dirham dan 400 dinar. Umar berkata pada utusannya, ‘Lihatlah apa yang ia (Abu Ubaidah) lakukan.’ Maka, ia (Abu Ubaidah membagi-bagikannya. Ketika utusan Umar melaporkan kepada Umar tentang apa yang Abu Ubaidah lakukan terhadap hartanya, Umar berkata, ‘Segala puji bagi Allah yang menjadikan dalam Islam orang yang melakukan hal tersebut.’ “
Abu Ubaidah bin Al-Jarrah juga hidup dalam keadaan yang sederhana. Di rumah beliau tidak terdapat perabotan rumah yang bagus. Di dalamnya hanya ada barang-barang yang ia butuhkan untuk sekadar menjalani kehidupan saja. Bahkan, ketika Umar berkunjung ke rumah Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, beliau menangis melihat kondisi Abu Ubaidah.
Perpisahan dengan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah
Ketika wabah taun melanda, Abu Ubaidah bin Al-Jarrah merupakan salah seorang yang terkena wabah tersebut. Abu Ubaidah wafat akibat wabah taun pada usia 56 tahun.
***
Penulis: Firdian Ikhwansyah
Artikel asli: https://muslim.or.id/101250-kisah-abu-ubaidah-bin-al-jarrah-bag-2-orang-kepercayaan-amin-umat-ini.html